Sebelum memberi penjelasan tentang
jaringan listrik primer, ada baiknya saya menjelaskan didtem distribusi
listrik, awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat – pusat pembangkit listrik
seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan yang biasanya
merupakan tegangan menengah 20 kV. Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik
berada jauh dari pengguna tenaga listrik, Untuk mentransmisikan tenaga listrik
dari pembangkit ini, maka diperlukan penggunaan saluran tegangan tinggi 150/70
kV (STT), atau saluran tegangan ekstra tinggi 500 kV (STET). Tegangan yang
lebih tinggi ini diperoleh dengan transformator penaik tegangan (step up
transformator). Pemakaian tegangan tinggi ini diperlukan untuk berbagai alasan
efisiensi, antara lain, penggunaan penampang penghantar menjadi efisien, karena
arus yang mengalir akan menjadi lebih kecil, ketika tegangan tinggi diterapkan.
Setelah saluran transmisi mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat
merupakan suatu daerah industri atau suatu kota, tegangan melalui gardu induk
(GI) diturunkan menjadi tegangan menengah (TM) 20kV. Setiap GI sesungguhnya
merupakan Pusat Beban untuk suatu daerah pelanggan tertentu, bebannya
berubah-rubah sepanjang waktu sehingga daya yang dibangkitkan dalam pusat-pusat
Listrik harus selalu berubah.
Perubahan daya yang dilakukan di
pusat pembangkit ini bertujuan untuk mempertahankan tenaga listrik tetap pada
frekuensi 60 Hz. Proses perubahan ini dikoordinasikan dengan Pusat Pengaturan
Beban (P3B). Tegangan menengah dari GI ini melalui saluran distribusi primer
disalurkan ke gardu – gardu distribusi (GD) atau pemakai tegangan menengah.
Dari saluran distribusi primer, tegangan menengah (TM) diturunkan menjadi
tegangan rendah (TR) 220/380 V melalui gardu distribusi (GD). Tegangan rendah
dari gardu distribusi disalurkan melalui saluran tegangan rendah ke konsumen
tegangan rendah (Sakti, 2008:4) Sistem tenaga listrik secara umum dibagi
menjadi empat bagian utama, diantaranya: - Pembangkitan - Saluran transmisi -
Distribusi - Instalasi Pembangkitan: - Generator-generator dan prime mover -
Tegangan yang dibangkitkan 3-13 kV - Peralatan pengatur tegangan dan frekuensi
- Transformator tegangan tinggi Saluran transmisi: - Saluran-saluran transmisi
tegangan tinggi (isolator, arrester) - Tegangan 70-150 kV ( tegangan tinggi )
dan 500 kV ( tegangan extra tinggi ) - Transformator pengatur daya aktif dan
reaktif Distribusi: - Saluran yang menghubungkan ke beban - Tegangan 11-33 kV -
Transformator-transformator gardu dan tiang Instalasi: - Saluran beban
terhubung je peralatan - Tegangan 110-400 V - Beban-beban listrik (motor,
trafo, peralatan listrik, dll)
Bagian-bagian Sistem Distribusi
Listrik
1.Jaringan Subtransmisi
Jaringan subtransmisi berfungsi
menyalurkan daya listrik dari sumber daya besar menuju gardu induk yang
terletak di daerah tertentu. Biasanya menggunakan tegangan tinggi (70-150 kv)
ataupun tegangan extra tinggi (500 kv) dalam penyaluran tegangannya, hal
dilakukan untuk berbagai alasan efisiensi, antara lain, penggunaan penampang
penghantar menjadi efisien, karena arus yang mengalir akan menjadi lebih kecil,
ketika tegangan tinggi diterapkan (Sakti, 2008:4)
2. Gardu Induk
Distribusi Dibagi menjadi dua bagian
yaitu Gardu Induk dan Gardu Hubung :
a. Gardu Induk (GI)
Gardu induk berfungsi menerima daya
listrik dari jaringan subtransmisi dan menurunkan tegangannya menjadi tegangan
jaringan distribusi primer (Jaringan Tegangan Menengah/ JTM). Jadi pada bagian
ini terjadi penurunan tegangan dari tegangan tinggi ataupun tegangan extra
tinggi ke tegangan menengah 20 kv.
b. Gardu Hubung (GH)
Gardu hubung berfungsi menerima daya
listrik dari gardu induk yang telah diturunkan menjadi tegangan menengah dan
menyalurkan atau membagi daya listrik tanpa merubah tegangannya melalui
jaringan distribusi primer (JTM) menuju gardu atau transformator distribusi.
3 Jaringan Distribusi Primer /
Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Jaringan distribusi primer berfungsi
menyalurkan daya listrik, menjelajahi daerah asuhan ke gardu / transformator
distribusi. Jaringan distribusi primer dilayani oleh gardu hubung atau langsung
dari gardu induk dan atau dari pusat pembangkit.
4 Gardu Distribusi (GD)
Gardu distribusi berfungsi untuk
menurunkan tegangan primer (tegangan menengah) menjadi tegangan sekunder
(tegangan rendah) yang biasanya 127/220 volt atau 220/ 380 Volt.
5 Jaringan Distribusi Sekunder/
Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Jaringan distribusi sekunder
berfungsi untuk menyalurkan/ menghubungkan sisi tegangan rendah transformator
distribusi ke konsumen mengunakan jaringan hantaran udara 3 fasa 4 kawat dengan
tegangan distribusi sekunder 127/ 220 Volt atau 220/ 380 Volt. Kecuali untuk
daerah-daerah khusus dengan pertimbangan keindahan, keselamatan dan keandalan
yang tinggi dipergunakan sistem kabel bawah tanah. 6 Sambungan Rumah Pada
sambungan rumah, biasanya tegangan yang diterima sebesar 110-400 volt, yaitu
tegangan saluran beban menghubung kepada peralatan. Pada sambungan rumah,
tegangan yang diterima disesuaikan antara 220/380 volt.
Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik, Secara
umum, saluran tenaga Listrik
atau saluran distribusi menurut nilai tegangannya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
- Jaringan listrik Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
- Jaringan listrik Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar